Sekelompok hacker yang menamakan dirinya 'Anonymous' baru saja menyerang dua situs internet perusahaan kartu kredit terkemuka, Mastercard dan Visa. Aksi ini sebagai pembalasan pada kedua perusahaan itu karena telah memblokir aliran sumbangan ke laman Wikileaks.
Pada hari Rabu 8 Desember 2010 waktu setempat, situs MasterCard diserang lebih dulu dengan distributed denial-of-service (DDoS) sepanjang akhir pekan. Namun, kabarnya menjelang sore situs tersebut telah 'siuman'."IT'S DOWN! KEEP FIRING!!!," tulis kelompok yang menamakan operasinya tersebut dengan sebutan 'Operasi Payback' melalui akun Twitternya.
Operasi itu dilakukan oleh kelompok peretas yang dikenal dengan julukan 'Anonymous' (tanpa nama), dan diduga beranggotakan 1.500 hingga 2.000 orang. Mereka menyerbu laman Mastercard dan Visa sehingga sempat sulit diakses oleh kalangan awam.
Sebelumnya, kalangan peretas yang bersimpati dengan WikiLeaks bertekad akan melakukan perang di dunia maya (cyber war) bila laman yang didirikan Julian Assange itu mendapat serangan bertubi-tubi dari berbagai pihak karena sepak terjangnya mengungkap rentetan informasi sensitif berupa memo diplomatik rahasia AS.
Seperti yang diduga, 'Operasi Payback' tidak berjalan mulus. Usai menghantam MasterCard dan Visa, mereka kembali diperlakukan tidak menyenangkan oleh dua perusahaan sosial media raksasa asal AS, yaitu Facebook dan Twitter. Selang tak berapa lama, laman Operasi Payback di Facebook disingkirkan karena dianggap telah melanggar persyaratan penggunaan umum.
Langkah Facebook tersebut langsung disusul oleh Twitter. Sekitar Rabu sore waktu setempat, situs mikroblog terbesar di dunia itu menutup akun milik Operasi Payback. Jika Anda coba membuka laman akun Twitter Operation Payback (@Anon_operation), maka akan muncul peringatan, "Sorry, the profile you are trying to view has been suspended."
Pada tweet terakhirnya, Operasi Payback mengatakan Facebook melarang laman-laman yang berbau 'penuh kebencian', 'mengancam', atau bersifat menyerang individu atau kelompok tertentu.
"Secara khusus, kami sensitif terhadap konten-konten yang mengandung pornografi, bully, hate speech, dan ancaman kekerasan," kata jurubicara Facebook melalui pernyataan resminya, yang dikutip VIVAnews dari ZDnet, Kamis 9 Desember 2010.
"Kami juga melarang kegiatan-kegiatan yang melanggar hukum. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan kebebasan orang untuk mengekspresikan pendapat mereka dari berbagai sudut pandang. Meski ada beberapa yang kontroversial, kami berusaha untuk memelihara lingkungan yang aman dan terpercaya," pungkasnya.
Meski dijegal, dukungan pada WikiLeaks masih sulit dibendung. Sampai saat ini, terus bermunculan kelompok-kelompok dukungan baru dengan nama serupa. Begitu pun di Twitter, terdapat akun-akun baru yang dibuat kelompok hacker untuk menggantikan akun Twitter yang ditutup. Sayang, Twitter masih enggan buka mulut saat dimintai komentar.
Pada hari Rabu 8 Desember 2010 waktu setempat, situs MasterCard diserang lebih dulu dengan distributed denial-of-service (DDoS) sepanjang akhir pekan. Namun, kabarnya menjelang sore situs tersebut telah 'siuman'."IT'S DOWN! KEEP FIRING!!!," tulis kelompok yang menamakan operasinya tersebut dengan sebutan 'Operasi Payback' melalui akun Twitternya.
Operasi itu dilakukan oleh kelompok peretas yang dikenal dengan julukan 'Anonymous' (tanpa nama), dan diduga beranggotakan 1.500 hingga 2.000 orang. Mereka menyerbu laman Mastercard dan Visa sehingga sempat sulit diakses oleh kalangan awam.
Sebelumnya, kalangan peretas yang bersimpati dengan WikiLeaks bertekad akan melakukan perang di dunia maya (cyber war) bila laman yang didirikan Julian Assange itu mendapat serangan bertubi-tubi dari berbagai pihak karena sepak terjangnya mengungkap rentetan informasi sensitif berupa memo diplomatik rahasia AS.
Seperti yang diduga, 'Operasi Payback' tidak berjalan mulus. Usai menghantam MasterCard dan Visa, mereka kembali diperlakukan tidak menyenangkan oleh dua perusahaan sosial media raksasa asal AS, yaitu Facebook dan Twitter. Selang tak berapa lama, laman Operasi Payback di Facebook disingkirkan karena dianggap telah melanggar persyaratan penggunaan umum.
Langkah Facebook tersebut langsung disusul oleh Twitter. Sekitar Rabu sore waktu setempat, situs mikroblog terbesar di dunia itu menutup akun milik Operasi Payback. Jika Anda coba membuka laman akun Twitter Operation Payback (@Anon_operation), maka akan muncul peringatan, "Sorry, the profile you are trying to view has been suspended."
Pada tweet terakhirnya, Operasi Payback mengatakan Facebook melarang laman-laman yang berbau 'penuh kebencian', 'mengancam', atau bersifat menyerang individu atau kelompok tertentu.
"Secara khusus, kami sensitif terhadap konten-konten yang mengandung pornografi, bully, hate speech, dan ancaman kekerasan," kata jurubicara Facebook melalui pernyataan resminya, yang dikutip VIVAnews dari ZDnet, Kamis 9 Desember 2010.
"Kami juga melarang kegiatan-kegiatan yang melanggar hukum. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan kebebasan orang untuk mengekspresikan pendapat mereka dari berbagai sudut pandang. Meski ada beberapa yang kontroversial, kami berusaha untuk memelihara lingkungan yang aman dan terpercaya," pungkasnya.
Meski dijegal, dukungan pada WikiLeaks masih sulit dibendung. Sampai saat ini, terus bermunculan kelompok-kelompok dukungan baru dengan nama serupa. Begitu pun di Twitter, terdapat akun-akun baru yang dibuat kelompok hacker untuk menggantikan akun Twitter yang ditutup. Sayang, Twitter masih enggan buka mulut saat dimintai komentar.
2 comments:
Aku dukung wikileaks...Dari wikileaks kita bisa tau rahasi2 dunia yang sangat mengerikan..
silahkan kunjungi
Acer will Presenting three tablets, Applications and Music Store
Top 10 Best iPhone 4 Cases
Sippp....
Mantap Gan...
:k1 :k2 :k3 :k4 :k5 :k6 :k7 :k8 :k9 :a1 :a2 :a3 :a4 :a5 :a6 :a7 :a8 :a9
Post a Comment