Booming "Wikileaks". di INDONESIA muncul "indoleaks".

 http://image.tempointeraktif.com/?id=56700&width=274
Setelah geger WikiLeaks yang menampilkan bocoran rahasia sejumlah dokumen pemerintah AS, Indonesia tak mau kalah. Kini, muncul Indoleaks yang menampilkan sejumlah dokumen rahasia yang terkait Indonesia.

Mesin penghitung yang menunjukkan jumlah pengunduh dokumen di Indoleaks terus bergerak. Cepat. Angkat terus berubah. Dalam satu menit saja, Jumat (10/12) tadi malam, angka jumlah pengunduh berubah dari 84.850 pengunduh menjadi 84.943.

Pada hari pertama, kemarin, sejumlah dokumen diunggah yaitu hasil investigasi kasus Munir, transkrip diskusi Soeharto-Richard Nixon dan Henry Kissinger. Kemudian hasil penelitian soal lumpur Lapindo dari peneliti asing yang kesimpulannya bukan kasus itu bukan bencana alam. Ada juga dokumen kerja sama Pemerintah RI dengan Microsoft.

Dalam beranda situs dengan alamat indoleaks.org, pengelola menjanjikan sejumlah dokumen penting. Misalnya, hasil visum korban G30S, yang disebut sebagai dokumen yang akan membuka cakrawala baru pemahaman kita. “Bahwa tidak ada penyiksaan seperti digemborkan militer melalui media-media pemerintah saat itu,” demikian situs tersebut. Lalu segera diunggah, dokumen Century-Gate.

Indoleaks menyatakan laman itu muncul sebagai jawaban atas kebuntuan informasi. Terutama informasi yang berpeluang menjadi bumerang bagi penguasa, politisi dan kaum jahat lainnya di Indonesia. Mereka berusaha memilah dan memilih dokumen yang seharusnya diketahui publik. Janjinya, ada ratusan koleksi dokumen!
Masih mengutip dari beranda situs itu, pengelola berpendapat bahwa diamnya orang tertindas, lebih hina dari penindas itu sendiri. Indoleaks juga membuka masyarakat berbagi, mengirim dokumen-dokumen rahasia yang perlu diketahui publik melalui email indoleaks@gmail.com.

Dokumen yang terbaru diunggah adalah hasil penyelidikan Tim Pencari Fakta (TPF) pembunuhan  aktivis HAM, Munir SH. Munir tewas dalam perjalanan udara ke Belanda untuk menimba ilmu.

TPF yang dibentuk oleh Presiden SBY itu beranggotakan antara lain Marsudi Hanafi, Usmad Hamid, Munarman, Bambang Widjojanto, Rachland Nasidik, Hendardi dan dr Mun’im Idris.
Dalam ringkasan laporan akhir TPF, disebut pembunuhan Munir disebabkan permufakatan jahat yang diduga melibatkan pihak-pihak  tertentu di lingkungan Garuda dan Badan Intelijen Negara (BIN). Permufakatan itu melihatkan pihak yang berperan sebagai aktor lapangan; aktor yang mempermudah atau turut serta; aktor perencana dan pengambil keputusan.
Dalam kasus itu, ditemukan hubungan telepon berkali-kali antara pilot Pollycarpus Budihari Priyanto dengan petinggi BIN, Muchdi PR.

Pembunuhan itu, menurut TPF, terkait aktivitas Munir dalam perlindungan HAM dan demokrasi, termasuk kritik-kritiknya terhadap peran badan intelijen.

TPF merekomendasikan kepada Presiden untuk meneruskan komitmen mengungkap kasus itu secara tuntas. Juga meminta Presiden memerintahkan Kapolri menyidik secara mendalam peran Dirut Garuda Indra Setiawan, pegawai Garuda Ramelgia Anwar, Hendropriyono dan Muchdi PR dari BIN serta Bambang Irawan.

Indoleaks Rilis Lumpur Lapindo Bukan Bencana Alam 
 
 Indoleaks merilis data-data soal 'bencana' lumpur Lapindo. Data-data yang merupakan hasil penelitian seorang konsultan minyak asal Amerika Serikat Simon Wilson itu menyebutkan, lumpur Lapindo yang hingga kini menggenangi sebagian wilayah Sidoarjo, Jawa Timur itu bukanlah bencana alam.

Menurut Wilson, peristiwa banjir lumpur itu terjadi sekitar 2 Juni 2006. Kejadian itu, boleh jadi disebabkan karena alat bor yang dicabut dari sumur bor oleh operator pengeboran, PT Lapindo Brantas.

"Sekitar tengah malam 28 Mei 2006 ketika sumur itu dalam kondisi yang tidak stabil dan membutuhkan perbaikan untuk mengatasi kehilangan sirkulasi," kata Wilson dalam laporannya yang dirilis oleh Indoleaks seperti yang diterima detikcom, Jumat (10/12/2010). Indoleaks merupakan semacam 'wikileaks'. 

Wilson menilai, tindakan PT Lapindo Brantas itu tidak kompeten dan telah malanggar panduan pengeboran minyak yang baik (good oilfield practices). "Menurut pendapat saya, dengan terus menerus menarik pipa di sumur itu suatu tindakan yang ceroboh dan kalalaian," kata Wilson.

Wilson menyebutkan ada beberapa penyebab lumpur terus menerus keluar dan akhirnya menenggelamkan rumah warga Sidoarjo. Namun penyebab utamanya adalah pengeboran minyak yang tidak profesional, dilakukan oleh PT Lapindo Brantas.

Pendapat Wilson ini semakin menguatkan bahwa insiden yang disebabkan oleh PT Lapindo Brantas tersebut bukanlah bencana alam. Jika peristiwa itu benar-benar kecelakaan, maka perusahaan milik grup Bakrie itu, yang saat itu melakukan pengeboran, harus bertanggung jawab.

Sebelumnya, tim ilmuwan Inggris yang dipimpin Profesor Richard Davies dari Universitas Durham, menyatakan para pengebor gas bersalah atas timbulnya masalah lumpur Lapindo di Jawa Timur. Menurut mereka, ada kaitan antara semburan lumpur tersebut dengan pengeboran di sumur eksplorasi gas oleh perusahaan energi lokal PT Lapindo Brantas.

Hasil penelitian itu dimuat jurnal Marine and Petroleum Geology. Tim yang dipimpin oleh para pakar dari Universitas Durham, Inggris menyatakan, bukti baru semakin menguatkan kecurigaan bahwa musibah lumpur Lapindo disebabkan oleh kesalahan manusia (human error).

"Mereka telah salah memperkirakan tekanan yang bisa ditoleransi oleh sumur yang mereka bor. Saat mereka gagal menemukan gas setelah mengebor, mereka menarik alat bor keluar saat lubang sangat tidak stabil," kata Durham.

PT Lapindo Brantas sendiri telah membantah sebagai pemicu musibah itu dengan kegiatan pengeboran gas yang dilakukannya. Menurut PT Lapindo, lumpur itu diakibatkan oleh gempa bumi di Yogyakarta yang terjadi dua hari sebelumnya.

Bantahan PT Lapindo Brantas ini mendapat dukungan dari Senayan. Tim pengawas lumpur Lapindo DPR menyimpulkan, semburan lumpur disebabkan faktor alam sehingga sulit ditanggulangi. Keputusan itu kontan saja mengundang kontroversi.

Indoleaks: Soeharto-Nixon Bahas Skenario Anti Komunis

Situs Indoleaks membocorkan pembicaraan Presiden Soeharto dan Presiden Amerika Serikat Richard Nixon, tertanggal 26 Mei 1970. Dialog yang berlangsung di Gedung Putih, dan juga melibatkan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger, itu membahas strategi penangkalan komunisme.

Pembicaraan diawali paparan Soeharto tentang situasi Indonesia yang membaik pasca Pemberontakan G 30 S dan gerakan mahasiswa yang, menurutnya, sudah terindoktrin Orde Baru. Dia mengeluhkan peralatan militer Indonesia. Meski mumpuni, bekunya hubungan dengan Uni Soviet, membuat Indonesia kesulitan dalam mendapat suku cadang, terutama di Angkatan Laut dan Angkatan Udara. "Karena peralatan berasal dari Cina dan Rusia, mereka kami semua kelemahan kami," katanya.

Soeharto juga menyebut ancaman dari Blok Timur, yaitu misil Cina yang mampu meluncur 1770 kilometer dan inflitrasi kapal selam Soviet di Samudera Hindia. "Kami tidak memiliki kemampuan anti kapal selam," ujarnya.

Nixon mengakui posisi Indonesia netral dalam Perang Dingin, yang saat itu sedang alot-alotnya. Namun, dia mengatakan, "Netralitas tidak berarti tanpa kekuatan yang menjaganya."

Soeharto membalasnya dengan mengatakan ingin meningkatkan kekuatan Indonesia secara bertahap, bukan sekaligus. "Kami tidak ingin Anda berkomitmen, tapi ingin tahu apa yang dapat Anda lakukan."

Kamboja juga jadi topik perbincangan. Maklum, negara itu bersebelahan dengan Vietnam, yang jadi "ajang" Perang Dingin. AS mendukung Vietnam Selatan dan Soviet membeking Vietnam Utara. Puluhan ribu pasukan kedua negara yang berseteru itu menyusup ke Kamboja. Sepuluh hari sebelum pertemuan itu, Jakarta menggelar Konferensi Tingkat Asia Tenggara, meminta semua kekuatan asing keluar dari Kamboja.

Nixon bertanya apa jadinya kalau Vietnam Utara menguasai negara itu. "Kamboja akan jadi basis subversi dan infiltrasi ke negara lain seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia," kata Soeharto. "Jika komunis berkuasa di sana, akan menyulitkan Program Vietnam anda."

sumber : http://www.solopos.com
               http://www.detiknews.com
               http://www.tempointeraktif.com

Related posts :



2 comments:

Andi said...

Maaf nich, anda sebenarnya udah dibohongi itu bukan jumlah pengunduh, tetapi pengunjung.

Belitong's Store Site said...

Terimakasih gan komentar dan koreksi nya...

Post a Comment