Antu Bubu (Hantu Bubu) - Budaya Laut Belitong

Yang tak dapat dimungkiri dari beragamnya budaya laut adalah dikenal dan diakuinya unsur-unsur magis dalam keseharian masyarakat yang kemudian dijadikan atraksi seni, seperti Antu Bubu. Antu Bubu adalah permainan menggunakan ilmu hitam dengan peralatan bubu yang diisi roh halus.

Bubu adalah alat penangkap ikan, dibuat dari bilah bambu yang disatukan dengan anyaman tali hingga berbentuk silinder berdiameter 30 sentimeter. Panjang bubu beragam, ada yang 50 sentimeter, ada pula yang hingga 2 meter.
 
Untuk permainan Antu Bubu, bubu dipasangi “kepala” dari batok kelapa, lantas diselimuti kain kafan, baru kemudian ujung atas kafan diikat. Seorang pawang membaca mantera sambil menaburkan kemenyan ke atas pedupaan, mengasapkannya ke sekeliling bubu untuk meminta roh masuk ke dalam bubu. Begitu pawang memberi isyarat permainan dapat dimulai, lawan yang sudah siap dengan bertelanjang dada/ bersinglet mulai melawan bubu yang sudah berpenghuni ini.

Antu Bubu dimainkan di hari kedua festival , tepat malam Jumat, di pasir pantai Tanjongpendam. Di tengah lingkaran penonton, seorang laki-laki bergelut dengan bubu. Berguling-guling, kadang dia seperti dibanting, ada kalanya laki-laki ini sanggup berdiri, tak lama, terjatuh lagi, berguling lagi. Penonton senyap.
Pemain pertama kalah setelah permainan berjalan 5 menit. Dia kerasukan, badannya mengejang, dan dibawa ke pinggir lapangan untuk disadarkan. Pemain kedua dinyatakan kalah akibat kelelahan setelah lebih dari 10 menit bubu tak juga dapat ditegakkan dan jalinan bubu koyak. Bisa menegakkan bubu adalah tanda pemain menang, dan hantu bubu dapat dikalahkan.

Pak Geridi, 56 tahun, adalah pawang Antu Bubu. Ilmu yang berasal dari kakeknya lantas diturunkan ke ayahnya, dan sekarang dialah satu-satunya di Belitong, bahkan mungkin di dunia, yang menguasai ilmu Antu Bubu. Ilmu ini sekarang sedang dia ajarkan ke puteranya, tak dibagi ke orang lain.
 
Cerita Pak Geridi tentang asal muasal permainan ini, di tahun 1970, seseorang meletakkan bubu di sungai. Setelah sepekan, dia datang lagi untuk menengok berapa ikan yang berhasil masuk perangkap bubu. Sampai di sungai, laki-laki ini mati tanpa sebab, dan rohnya jadi penghuni bubu, karena itu disebut antu bubu (hantu bubu). Mulai tahun 1971, kakeknya menjadikan Antu Bubu sebuah tontonan.

Karena menggunakan ilmu hitam, beragam syarat harus dipenuhi untuk memainkan Antu Bubu. Untuk menyebut beberapa, Pak Geridi harus berpuasa mutih selama 21 hari, bambu untuk bubu hanya boleh diambil dari bambu yang terdampar di pantai dengan posisi tidak sejajar dengan garis pantai, dan harus menggunakan kafan bekas alas jenazah. “Kalau pakai kafan baru, masih di rumah saja, belum dibawa ke tempat pertunjukan, dia sudah bergerak-gerak,” kata Pak Geridi, usai permainan. Dia sudah membawa Antu Bubu ke kota-kota di Sumatera dan Jawa, mengenalkannya sebagai permainan khas Belitong.
sumber : http://galikano.multiply.com

Related posts :



0 comments:

Post a Comment